Wednesday, 06 March 2019 , Admin
SEJARAH PERTANIAN
Oleh: Rahmasari N
Zaman Mesopotamia merupakan awal perkembangan kebudayaan dan merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Pengetahuan tentang pertanian kuno banyak didapat di kebudayaan Mesir Jaya. Kebudayaan mesir jaya berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang yakni makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran sungai Nil yang menyuburkan tanah kembali dan menjadi awal dalam pengembangan teknik drainase dan irigasi. Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat pembuatan cangkul dan bajak serta arit yang menjadi alat potong pada waktu panen. Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut meneruskan warisan teknologi Mesopotamia Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang muncul. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah kemahiran praktek, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda memberi pengaruh besar pada kemajuan teknologi di masa datang ditandai dengan lahirnya dua buah tulisan terkenal, History Of Plants dan Causes Of Plants dari murid Aristoteles. Namun, dasar pertanian Yunani tak cukup untuk menyokong kebudayaan mengakibatkan kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat, Kekaisaran Romawi. Berbeda dengan bangsa Yunani, bangsa Romawi lebih tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Praktek pertanian tersebut dibukukan secara baik. Kemudian setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tak sehat muncul mengakibatkan runtuhnya Romawi dan Negara Barat. Pada Abad pertengahan, kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Salah satu tanaman yang dikembangkan sesuai keadaan topografi dan iklim ialah padi (Oryza Sativa) dan mulai didomestikkan sejak 7500 SM. Padi kemudian dikembangkan di Afrika barat, Ethiopia, dan Papua pada 5000 SM. Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik termasuk Nusantara cenderung mengembangkan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan.
Di Indonesia, pada era perang dunia I diduduki oleh kolonial Belanda menjadi ‘tempat’ pertanian pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam hal penemuhan kebutuhan mereka. Kolonial Hindia Belanda membangun sekolah-sekolah pertanian dan teknik untuk mencetak tenaga ahli di bidang pertanian. Setelah merdeka, Indonesia mandiri mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui beberapa program salah satunya Revolusi Hijau yang tidak hanya mengajarkan petani bagaimana menanam yang baik, tetapi menuntut petani menerapkan teknologi untuk dapat meningkatkan produksi pertanian Indonesia. Revolusi Hijau yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia, hanya mampu menjadi negara yang berswasembada pangan selama lima tahun yakni dari 1984 sampai 1989.
Itulah sejarah singkat bagaimana teknologi pertanian muncul di Indonesia dan berperan bagi pertanian Indonesia. Kita dapat mengambil pelajaran dari terjadinya Revolusi Hijau dan swasembada pangan yang dilakukan Indonesia dahulu. Teknologi terus berkembang, pertanian terus berlangsung, pengembangan keduanya pun harus selalu di sinkronisasikan.