Bedah Artikel: Dominasi Kekuasaan dalam Hubungan Petani dan Tengkula


Thursday, 26 June 2025 , Admin

Bedah Artikel: Dominasi Kekuasaan dalam Hubungan Petani dan Tengkula

Tengkulak merupakan pihak yang membeli hasil panen petani untuk kemudian dipasarkan kembali kepada agen-agen besar (Megasari, 2019). Umumnya, tengkulak identik dengan orang-orang yang memiliki modal sehingga dalam masyarakat mereka sering kali dipandang sebagai penyelamat para petani kecil yang modalnya terbatas. Ketidakberdayaan para petani kecil akibat keterbatasan modal menyebabkan mereka sulit lepas dari hubungan ketergantungan terhadap tengkulak. Melalui teknik pendekatan yang halus, tengkulak pun “berhasil” membangun kepercayaan dari para petani dengan Kesan membantu karena membantu petani memasarkan hasil panennya. Namun, yang tidak boleh luput ialah bagaimana pada akhirnya tengkulak menjadi pihak yang paling dominan dalam proses tersebut.

Teori figurasi Elias mendefinisikan figurasi sebagai suatu proses sosial yang menyebabkan terbentuknya jalinan hubungan antara individu). Konsep figurasi menekankan pada dinamika dan perubahan dalam hubungan sosial. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang senantiasa berkembang, dan perubahan dalam satu aspek dapat memengaruhi konfigurasi sosial. Konsep konfigurasi sosial menekankan bahwa individu dan kelompok membentuk bagian dari suatu jaringan hubungan yang saling terkait. Dalam hubungan antara petani dan tengkulak, konfigurasi sosial ini menciptakan interdependensi. Petani dan tengkulak tidak dapat dipahami secara terpisah mereka saling memengaruhi dalam konteks ekonomi dan sosial. Ketergantungan petani terhadap tengkulak dapat dijelaskan melalui interdependensi ini, di mana petani membutuhkan tengkulak untuk penjualan hasil panen mereka dan akses ke sumber daya tertentu. 

Aturan yang biasa diterapkan seorang tengkulak dalam rangka menjaga pasokan ialah melarang petani berhubungan bisnis dengan tengkulak lain, jika ia sudah menjual hasil tani kepadanya. Hal serupa berlaku bagi tengkulak itu sendiri. Seorang tengkulak tidak boleh membeli hasil tani dari pihak yang sudah terbiasa menjual kepada tengkulak lain. Dalam suatu konfigurasi sosial, individu belajar untuk mengendalikan diri sesuai norma-norma yang berkembang. Kondisi ini secara tidak langsung telah menunjukkan bagaimana individu dalam hubungan sosial membentuk dan dipengaruhi oleh konfigurasi sosial tempat mereka berada.

Meskipun tengkulak menjadi pihak dominan (superior), namun bukan berarti hubungan tersebut  hanya dilandasi ketergantungan satu arah sebagaimana menurut konsep figurasi. Konfigurasi terjadi ketika dua atau lebih individu atau kelompok membangun hubungan yang dilandasi oleh ketergantungan satu sama lain sehingga mampu melakukan pembatasan timbal balik. Pembatasan timbal balik mengacu pada suatu dinamika di mana individu atau kelompok saling membatasi atau memengaruhi satu sama lain melalui interdependensi dan ketergantungan. Pembatasan timbal balik ini menciptakan pola-pola perilaku dan norma-norma sosial tertentu dalam suatu masyarakat, misalnya terkait norma atau kesepakatan yang harus dipatuhi kedua belah pihak sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Dalam hal ini, tengkulak juga memiliki sisi ketergantungan terhadap petani, yakni terkait pasokan hasil tani yang konsisten. Maka dari itu, penting sekali membangun hubungan baik untuk menjaga kepercayaan petani. Para tengkulak memiliki akses dan hubungan tersendiri dengan sesama tengkulak, juga kondisi ekonomi para petani kecil lebih tidak berdaya, menjadikan mereka lebih rentan dan cenderung berada pada posisi riskan. Terlebih, tidak ada jaminan bahwa semua tengkulak memiliki integritas dan tanggung jawab terhadap hasil tani yang didagangkannya karena terdapat beberapa tengkulak yang tidak bertanggung jawab, terkadang ada yang mengaku bahwa mereka ditipu orang atau uang hasil penjualan dibawa orang, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh kasusnya ada di daerah dusun dadapan kota batu, Dimana Di Dusun Dadapan lebih banyak perkebunan jeruk. Lingkungan yang tidak terlalu dingin seperti sebelumnya membuat apel tidak lagi menjadi pilihan. Alasan lain karena kemudahan proses budi daya, sehingga petani bisa sembari bekerja di sektor lain. Petani di Dusun Dadapan lebih cocok dikategorikan sebagai petani yang bercorak subsisten, yaitu mengandalkan pertanian semata untuk bertahan hidup dan mempertahankan status sosial. Menurut kepala dusun ketika di daerah tersebut, yang dominan di sana adalah petani kecil yang tidak memiliki lahan kebun jeruk luas. Semua hasil tani para petani kecil tersebut hampir pasti selalu diperdagangkan melalui tengkulak. Alasannya karena hasil produksi jeruk minim dan jasa tengkulak dipandang mempermudah dan membantu karena tengkulak mampu mengurus hasil panen sendiri, mulai dari proses pemanenan hingga pengangkutan. Para petani kecil dibuat tergantung kepada tengkulak. Kondisi ekonomi petani yang lemah merepresentasikan daya tawarnya dalam masyarakat, maka kuatlah alasan mengapa petani tetap bergantung pada tengkulak.

Tantangan dalam rantai pasok pertanian: Banyaknya pelaku dalam rantai pasok seringkali menyebabkan kurangnya koordinasi antara petani dan pasar, yang mengakibatkan harga hasil pertanian menjadi tinggi, Jarak yang jauh antara daerah produksi dan pusat konsumsi serta infrastruktur yang kurang memadai memperlambat distribusi, Petani kecil sering kali tidak memiliki sistem kolektif yang kuat, sehingga mereka terjebak dalam rantai tengkulak yang merugikan.

Dalam hubungan antara petani dan tengkulak, posisi petani sering kali lebih lemah karena ketergantungan mereka terhadap tengkulak, terutama bagi petani dengan lahan sempit. Tengkulak memiliki modal dan jaringan yang lebih luas, sehingga mereka dapat mengontrol harga dan distribusi hasil panen. Meskipun demikian, banyak petani merasa terbantu dengan keberadaan tengkulak karena mereka hanya perlu fokus pada budidaya tanaman tanpa harus memikirkan proses pemasaran. Hal ini terlihat dalam kasus petani jeruk di Dusun Dadapan, di mana mereka lebih memilih menjual hasil panennya kepada tengkulak karena kemudahan yang ditawarkan. Namun, petani sebenarnya memiliki kewenangan untuk menjual hasil taninya sendiri. Salah satu alternatif yang dapat diambil adalah dengan menjual langsung kepada konsumen tanpa perantara, yang memungkinkan mereka mendapatkan harga yang lebih tinggi. Selain itu, petani juga bisa mengolah hasil panennya menjadi produk bernilai tambah untuk meningkatkan daya saing dan kreativitas. Dengan strategi ini, petani dapat mengurangi ketergantungan pada tengkulak serta memiliki peluang lebih besar dalam menentukan harga dan distribusi hasil panennya. 

Di sisi lain, tengkulak juga memiliki peran penting dalam rantai pasok pertanian. Mereka muncul sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi petani, seperti kurangnya modal, jaringan, dan akses pasar. Di beberapa daerah, seperti Bulu Ballea, keberadaan tengkulak justru membantu petani meningkatkan kesejahteraan, bahkan mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka hingga ke jenjang tinggi. Namun, permasalahan utama adalah kurangnya relasi petani dalam memasarkan produk mereka sendiri, sehingga sebagian besar masih bergantung pada tengkulak. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih seimbang agar petani dapat memperoleh manfaat lebih besar tanpa harus sepenuhnya mengandalkan tengkulak.