Kajian Keilmuan (KAIL) - Pengantar Sejarah Filsafat


Saturday, 13 April 2024 , Admin

Kajian Keilmuan (KAIL) - Pengantar Sejarah Filsafat

Pengantar Sejarah Filsafat

     Filsafat merupakan cara untuk mencari suatu kebenaran. Bertrand Russell dalam bukunya yang berjudul A History of Western Philosophy membagi sejarah filsafat ke 4 zaman, yaitu:

  1. Zaman Pra Yunani Kuno

      Zaman ini terjadi 2.000 tahun sebelum masehi, pada zaman ini para filsuf mempertanyakan mengenai penyusun alam semesta. Thales mengatakan bahwa semesta tersusun dari air. Anaximander mengatakan bahwa semesta tersusun dari zat yang tak terbatas. Sedangkan Anaximandros  mengatakan bahwa semesta itu terbentuk atas adanya hubungan sang Pencipta dan makhluknya.

  1. Zaman Yunani Kuno

      Zaman ini terjadi 500 tahun sebelum masehi. Pada zaman ini para filsuf mengemukakan mengenai hubungan makhluk dengan makhluk. Sokrates mengemukakan metode dialektika yaitu mengungkapkan kebenaran-kebenaran universal kepada individu melalui percakapan dan dialog. Plato mengungkapkan bahwa kita merupakan manifestasi Tuhan, jadi selama ini perwujudan atau bentuk kita tidak kelihatan hanya sekedar perwujudan suatu pernyataan perasaan atau pendapat tuhan. Sedangkan Aristoteles mengemukakan teori etika yang memikirkan tentang konsep akhlak atau tingkah laku manusia, yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia.

  1. Zaman Skolastik

      Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Zaman ini terbagi menjadi tiga masa yaitu, skolastik awal, keemasan, dan akhir. Pada masa zaman skolastik awal pada 500 tahun sebelum masehi pemikiran filsafat patristik mulai merosot dikarenakan terjadi serangan kaum sofis sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad. Dibalik banyaknya kericuan, ada beberapa tokoh yang berpengaruh, yaitu. Augustinus yang mengemukakan dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Selanjutnya yaitu filsuf Boethius yang mempercayai bahwa logika menyediakan jawaban terhadap setiap misteri eksistensi manusia. Masuk pada zaman skolastik keemasan pada 1.300 sebelum masehi.  Filsuf yang berpengaruh pada masa ini yaitu Thomas Aquinas yang dianggap sebagai filsuf yang menandai masa kejayaan skolastik. Titik tolak ajaran epistemologi Thomas adalah penerimaan terhadap pengetahuan yang bersumber pada intelektual (intellectus agens) demikian juga kebenaran dan kepastian. Thomas juga menerima keterbatasan pengetahuan manusia, namun demikian hal itu sebagai potensi yang tidak terbatas sifatnya. Di masa skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi pemikiran filsafat. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolaus Cusanus yang beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Nicolaus Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu : lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan 5 panca indera.

  1. Zaman Pencerahan

      Zaman pencerahan atau disebut zaman renaissaince terjadi 100 tahun sebelum masehi hingga sekarang. Tokoh yang berpengaruh pada zaman ini yaitu Thomas Hobbes yang mengemukakan 3 konsep, yaitu empirisme, rasionalisme, dan positifisme. Yang pertama yaitu Empirisme menyatakan bahwa kebenaran berasal dari pengalaman, yang bermakna pengetahuan akan didapatkan setelah dilewati. Yang kedua Rasionalisme yang menyatakan bahwa kebenaran dapat dikatakan benar apabila masuk di akal. Yang ketiga Positifisme yang menyatakan bahwa kebenaran bersifat praktis dan bermanfaat bagi yang mengetahuinya.

 

Departemen Pengkajian