Tuesday, 09 January 2024 , Admin
Landasan Kerangka Berpikir Ilmiah (LKBI)
Sebelum mendefinisikan sesuatu yang pertama yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah kata definisi itu sendiri. Definisi merupakan batasan, pengaturan atau penentuan parameter suatu konsep atau objek untuk memungkinkan pemahaman atau penjelasan lebih lanjut tentangnya, dengan menyertakan parameter-parameter tertentu agar konsep tersebut menjadi lebih terdefinisi (jelas). Dengan adanya definisi maka terdapat suatu “batas” yang dapat membuat kita terhindar dari multitafsir jika ingin memperjelas sebuah objek, maka sesuatu yang tak terbatas itu tidak dapat didefinisikan.
Pada dasarnya teori LKBI membahas mengenai berfikir itu apa? untuk apa dan kenapa seseorang harus berfikir?. LKBI itu sendiri merupakan singkatan dari Landasan yang berarti dasar atau pondisi, kerangka berarti sesuatu yang sistematis dan terstruktur layaknya sebuah bangunan (memiliki pondasi, dinding, atap dan sebagainya. berfikir berarti proses kerja akal dari pengetahuan lama menjadi pengetahuan yang baru. Namun apa yang dimaksud dengan proses kerja akal?. Cara kerja akal informasi akan ditangkap oleh alat indera. Lalu diproses di dalam otak. Otak dapat memproses informasi tadi kemudian akan direspon, diberi tanggapan, dan di nilai. Tapi apakah akal itu sendiri memang ada dan bekerja pada sekumpulan saraf yang kita kenal dengan otak? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu mengetahui dasar dari ilmu itu. Sebelum ilmu-ilmu terbagi bagi oleh cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu politik, ilmu sosial, ilmu pertanian dan sebagainya dasar dari ilmu pengetahuan yaitu Filsafat. Filsafat itu merupakan Mother of al science atau ibu dari ilmu pengetahuan – Rocky Gerung.
Dalam pendekatan objek kajian filsafat ilmu terdapat istilah ontologi. Ontologi yaitu obkjek kajian filsafat yang membahas mengenai hakikat keberadaan sesuatu. Dalam ontologi terbagi lagi menjadi keberadaan yang pasti ada dan mungkin ada. Sesuatu dikatakan ada ketika dapat dilihat dalam realitas ataupun dapat dikonsepkan oleh pemikiran. Pendapat teresebut lahir dari mazdhab berpikir empirisme yaitu aliran yang berpandangan sumber pengetahuan diperoleh oleh pengalaman indrawi. Mazdhab berpikir lainnya yaitu rasionalisme. Rasionalisme yaitu aliran yang menjadikan akal(Rasio) sebagai sumber pengetahuan. Berbicara persoalan eksistensi dalam filsafat Timur terdapat istilah wujud haqiqi yaitu wujud yang benar-benar ada wujudnya dan juga ada sesuatu yang memiliki wujud tetapi tak mungkin untuk dilihat seperti malaikat, jin dan sebagainya.
Ilmiah biasanya diidentikkan dengan laboratorium. Dengan kata lain ilmiah berarti segala hal yang telah diuji. Ilmiah berarti telah melewati proses pengujian agar memiliki tolak ukur berupa kebenaran. Sifat - sifat ilmiah yaitu objektif, sistematis dan universal. Kebenaran dalam Ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kebenaran diantantaranya kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi dan kebenanaran pragmatik.
Landasan kerangka berpikir ilmiah merupakan hal yang penting untuk dikaji karena apabila setinggi apapun ilmu pengetahuan yang seseorang miliki tetapi tidak memiliki suatu dasar yang kuat dalam berpikir maka tentunya akan sangat mudah untuk digoyahkan oleh hal-hal misalya informasi yang tidak valid kebenarannya, ibaratnya sebuah rumah yang tidak memiliki pondasi yang kuat kemudian diterjang oleh angin kencang maka rumah tersebut akan sangat mudah untuk rubuh dikarenakan tidak memiliki pondasi bangunan yang kuat. Maka dari itu materi landasan kerangka berpikir ilmiah penting untuk dipelajari untuk dapat mematangkan dan menopang konsep berpikir yang baik dan benar sesuai kaidah-kaidah ilmiah.
Dengan mendapatkan pemahaman terkait dasar dalam bagaimana kita berpikir merupakan sebuah batu loncatan bagi diri kita untuk terus selalu berkembang dan menjadi lebih baik walaupun terkadang dalam setiap proses yang dilewati tersebut tentunya tidaklah mudah dan memiliki banyak tantangan, tetapi yakin dan percaya bahwa tak ada proses yang sia - sia “terbentur, terbentur, terbentur kemudian terbentuk” – Tan Malaka.
Departemen Pengkajian