Monday, 03 February 2025 , Admin
Ben & Jody merupakan sebuah film garapan Angga Dwimas Sasongko yang dirilis pada tahun 2022, menawarkan lebih dari sekadar kisah aksi dan drama. Film ini adalah spin-off dari Filosofi Kopi, yang mengangkat cerita dua sahabat, Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto), dalam latar penuh konflik yang jauh dari kehidupan mereka sebelumnya. Jika di Filosofi Kopi mereka berkutat dengan ide-ide dan perjuangan dalam dunia usaha kopi, di Ben & Jody mereka dihadapkan pada perjuangan yang lebih besar dan berbahaya: melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh korporasi besar yang merampas tanah rakyat. Melalui narasi yang intens dan penuh ketegangan, film ini mengangkat isu konflik agraria yang selama ini menjadi salah satu masalah paling rumit di Indonesia.
Kisah ini dimulai dengan hilangnya Jody, yang memaksa Ben untuk mencarinya. Pencarian itu membawa Ben ke dalam konflik yang lebih besar, di mana Jody ternyata terlibat dalam perjuangan rakyat kecil melawan perampasan tanah. Bersama kelompok masyarakat yang tertindas, Ben dan Jody harus menghadapi berbagai ancaman, termasuk serangan dari kelompok bersenjata yang mendukung kepentingan korporasi. Melalui cerita ini, film menyuguhkan penggambaran realistis tentang ketidakadilan struktural, di mana masyarakat kecil sering kali kehilangan tanah mereka akibat proyek-proyek besar yang dikendalikan oleh pemerintah dan korporasi, tanpa adanya solusi relokasi yang layak.
Cerita fiksi ini, meskipun dibalut drama, menggambarkan kenyataan yang sering terjadi di Indonesia. Data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat bahwa pada tahun 2023 terdapat 291 konflik agraria yang melibatkan lebih dari 638.100 hektar tanah. Sebagian besar konflik ini dipicu oleh aktivitas korporasi (36%) dan kebijakan pemerintah (29%), terutama dalam pelaksanaan program pembangunan. Konflik ini tidak hanya menyebabkan hilangnya tempat tinggal dan mata pencaharian, tetapi juga merusak ekosistem, meningkatkan kemiskinan, dan mengancam identitas budaya masyarakat adat. Dalam film, konflik ini dipersonifikasi melalui perjuangan Ben dan Jody bersama rakyat kecil, yang mencoba melawan kekuatan besar yang kerap kali memanfaatkan aparat bersenjata sebagai alat intimidasi.
Salah satu contoh nyata yang sesuai dengan cerita dalam film adalah konflik agraria di lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Pemerintah mengklaim 2.086 hektar lahan sebagai tanah milik negara dengan alasan bahwa masa hak guna usahanya telah habis. Namun, klaim ini menimbulkan kontroversi karena masyarakat adat setempat merasa bahwa tanah mereka dirampas tanpa kompensasi yang memadai. Hal ini mencerminkan permasalahan yang lebih luas, di mana masyarakat adat dan petani sering kali kehilangan hak atas tanah mereka karena tidak memiliki dokumen legal formal. Proyek pembangunan sering kali mengabaikan keberadaan masyarakat lokal dan menggantikan fungsi lahan secara sepihak demi kepentingan investasi.
Film ini tidak hanya menjadi penggambaran konflik, tetapi juga menyuarakan kritik sosial terhadap ketidakadilan yang dialami masyarakat kecil. Monopoli lahan oleh korporasi besar dan penggusuran tanpa solusi relokasi yang layak menjadi masalah struktural yang sulit diatasi. Menurut KPA, penggusuran tertinggi dilakukan oleh aparat bersenjata negara (73%) dan keamanan korporasi (11%). Dalam film, isu ini digambarkan melalui ancaman kelompok bersenjata yang berusaha membungkam perjuangan rakyat kecil. Perjuangan Ben dan Jody bersama masyarakat memperlihatkan pentingnya solidaritas, keberanian, dan tekad untuk melawan penindasan, sekaligus menjadi kritik tajam terhadap sistem yang melanggengkan ketimpangan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran besar dalam isu konflik agraria yang diangkat film ini. Mereka dapat meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye, diskusi, dan aksi sosial, serta menjadi penghubung antara masyarakat terdampak dan pihak yang dapat memberikan bantuan hukum. Mahasiswa juga dapat melakukan penelitian untuk menemukan solusi berbasis data yang konkret, seperti redistribusi lahan atau reformasi kebijakan agraria yang berpihak pada masyarakat kecil. Namun, perjuangan ini bukan tanpa hambatan. Keterbatasan sumber daya, waktu, dan risiko ancaman sering kali menjadi tantangan besar bagi mahasiswa. Meskipun demikian, melalui solidaritas dan kerja sama dengan organisasi agraria, mahasiswa tetap dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
Melalui cerita yang memadukan drama, aksi, dan pesan sosial, Ben & Jody menjadi lebih dari sekadar hiburan. Film ini adalah cerminan nyata dari kondisi agraria di Indonesia, di mana ketimpangan kepemilikan lahan dan penggusuran sering kali mengorbankan masyarakat kecil demi kepentingan pembangunan. Dengan menggambarkan keberanian dan solidaritas dalam menghadapi penindasan, film ini mengingatkan bahwa perjuangan mempertahankan hak atas tanah adalah bagian dari menjaga martabat, budaya, dan kelangsungan hidup masyarakat kecil. Ben & Jody menjadi seruan agar keadilan agraria diperjuangkan, bukan hanya oleh mereka yang terdampak langsung, tetapi juga oleh seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap masa depan bangsa.
Bedah Artikel: Sejarah Pertanian Di Indonesia
Admin
03 February 2025
Bedah Artikel: Status Sosial Ekonomi Indonesia
Admin
03 February 2025
Bedah Film: Ben & Jody
Admin
03 February 2025