Strategi Regenerasi Petani: Menyongsong Masa Depan Pertanian


Sunday, 30 June 2024 , Admin

Strategi Regenerasi Petani: Menyongsong Masa Depan Pertanian

“STRATEGI REGENERASI PETANI: MENYONGSONG MASA DEPAN PERTANIAN”

     Krisis regenerasi petani merupakan masalah yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Generasi muda cenderung enggan memilih profesi petani karena lebih memilih bekerja di perkantoran, industri, teknologi, atau jasa. Mereka menganggap profesi petani sebagai pekerjaan yang kotor, melelahkan, memakan waktu lama, dan memiliki pendapatan yang tidak stabil akibat cuaca ekstrim, fluktuasi harga pasar, serta serangan hama dan penyakit.Jika krisis generasi ini terus berlanjut, akan mengancam masa depan sektor pertanian di Indonesia. Ketiadaan regenerasi petani dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kurangnya inovasi, yang pada akhirnya akan mengancam ketahanan pangan di negara ini.

     Beberapa faktor menyebabkan terjadinya krisis regenerasi petani hingga saat ini, salah satunya adalah pola pikir seseorang yang memandang profesi petani sebagai pekerjaan kelas bawah yang kotor dan tidak memenuhi keinginan. Pola pikir ini terbentuk di masyarakat karena dipengaruhi oleh kapitalisme, yang membawa persaingan dan kesadaran kelas antara orang kaya dan orang miskin. Pola pikir yang merendahkan profesi petani sebagai pekerjaan kelas bawah terbentuk karena dipengaruhi oleh kapitalisme, yang menimbulkan kesadaran akan perbedaan kelas sosial. Dalam konteks kapitalisme, produksi yang dianggap menghasilkan kekayaan terjadi di sektor kapitalis, sementara petani dianggap hanya mampu memenuhi kebutuhan pribadi. Banyak masyarakat Indonesia menganggap petani sebagai pekerjaan kelas bawah karena kebanyakan petani hanya mampu memenuhi kebutuhan pribadi tanpa memiliki kemampuan untuk membeli produk lain untuk memenuhi keinginan. Kapitalisme mengakibatkan fokus produksi dan pengelolaan sumber daya oleh kapitalis, yang kemudian diolah menjadi barang dan didistribusikan. Sementara itu, profesi petani dianggap tidak mengikuti corak produksi kapitalis dan hanya mencukupi kebutuhan sendiri.

     Pada dasarnya, kita semua memiliki potensi untuk lepas dari kapitalisme. Petani memiliki keahlian untuk mandiri dari ketergantungan kapitalisme tersebut dengan kemampuan memproduksi makanan sendiri. Dengan keterampilan bertahan hidup seperti itu, hal-hal lain seperti sandang, papan, dan pangan juga dapat dipelajari dan diproduksi sendiri. Namun, kehadiran produk-produk kapitalis saat ini membuat segalanya menjadi lebih praktis dan menimbulkan ketergantungan. Kapitalisme membawa budaya hidup praktis dan kecenderungan konsumsi, yang selain menciptakan perbedaan kelas sosial, juga menghasilkan dampak budaya konsumerisme di mana kita terbiasa mengkonsumsi daripada menciptakan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kita tidak sepenuhnya terlepas dari kapitalisme. Jika kita benar-benar lepas dari segala bentuk kapitalisme dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup atau mengolah sumber daya alam sendiri seperti petani, kita akan kembali ke zaman purba. Dari perspektif ini, dapat kita lihat bahwa profesi petani itu sendiri tidak rendah, melainkan bergantung pada bagaimana kita mengubah pola pikir kita sendiri dan masyarakat terkait kemampuan petani yang sebenarnya bisa untuk memenuhi keinginan, bukan hanya kebutuhan. Hal ini tergantung pada cara kita memandang profesi petani dan bagaimana kita bergerak untuk mengelola profesi petani tersebut agar menjadi lebih baik lagi.

     Pentingnya pendidikan dalam membentuk pola pikir kita tidak dapat disangkal. Saat ini, terdapat peningkatan jumlah fakultas dan jurusan di perguruan tinggi, hal ini disebabkan oleh meningkatnya spesialisasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Secara tidak langsung, kurikulum pendidikan saat ini cenderung membentuk kita menjadi pekerja, yang pada akhirnya dapat dianggap sebagai bentuk eksploitasi. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalisme telah merasuki ranah pendidikan tinggi, dan memengaruhi profesi kita. Penggolongan kelas sosial juga berdampak pada profesi petani, di mana profesi seperti dokter, pelaut, tentara, dan lainnya dianggap lebih tinggi, sementara petani yang mandiri dianggap sebagai kelas paling bawah.

     Pola pikir seperti itu terbentuk karena adanya pengaruh sistem kapitalis dalam masyarakat. Saat ini, hal yang paling penting adalah pendidikan. Pendidikan menjadi kunci untuk membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam era yang sangat dipengaruhi oleh kapitalisme. Kita perlu menyadari pengaruh yang terlalu besar dari berbagai pihak. Kita perlu mulai mengurangi ketergantungan pada produk-produk kapitalis dan memperkuat identitas profesi sebagai petani. Dengan demikian, ketika kita mampu memenuhi keinginan bukan hanya kebutuhan, citra petani sebagai kelas sosial bagian bawah akan mulai terkikis dari stigma masyarakat.

     Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang menempatkan modal sebagai prioritas utama. Dalam konteks kapitalisme, terdapat pengaturan produksi dan sumber daya yang berdampak pada krisis regenerasi petani, di mana petani sering dianggap sebagai profesi yang rendah dan kotor. Pada dasarnya, manusia hanya ingin memenuhi kebutuhan melalui hasil pertanian. Namun, karena adanya kapitalisme, kita cenderung mengikuti keinginan kita sehingga petani dianggap hanya mampu memenuhi kebutuhan, bukan keinginan. Solusi yang diusulkan untuk regenerasi petani adalah kesadaran, di mana kita meningkatkan pemikiran dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan pendidikan saat ini adalah fokus pada produksi tenaga kerja daripada membangun kesadaran. Perlu diingat bahwa semua sistem di negara ini sebenarnya membutuhkan modal, namun yang membedakan kapitalisme dengan sistem lainnya adalah terkait akumulasi modal dan perkembangan ekonominya, apakah menggunakan ekonomi mandiri atau kapitalis.

 

Departemen Pengkajian