Tuesday, 29 November 2022 , Admin
Manfaat Ganja dalam Dunia Pengobatan
Baru-baru ini kita telah mendengar kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah negara Thailand terkait legalitas penggunaan ganja. Tentunya kebijakan berdampak besar pada sektor pertanian ganja. Di sisi lain, hal ini turut menuai kontroversi, apalagi dikalangan mayoritas warga Indonesia yang mengharamkannya. Zat psikoaktif yang terkandung didalamnya dipercaya masyarakat kita memiliki efek negatif terhadap tubuh. Lalu apakah ganja memang sedemikian buruk?
Ganja atau ganjika (sanskerta) adalah salah satu tanaman yang mencatat perjalanan panjang romantika dengan manusia. Sampai saat ini catatan paling tua mengenai penggunaan ganja oleh manusia terdapat pada pulau Taiwan di lepas pantai Cina daratan. Di pulau itu para arkeolog menemukan bukti situs peninggalan dari sebuah desa yang berumur 10.000 tahun sebelum masehi. Di sisa puing-puing desa tersebut, didapatkan peninggalan sebuah tembikar yang didekorasi dengan pola yang diperoleh dari hasil menempelkan tali tambang dari serat ganja sebelum tanah liatnya mengering.
Dari sini kita telah melihat bahwa ganja telah sejak lama telah dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan. Lalu bagaimana ganja dalam sisi pengobatan? Sejarah mencatat, pengobatan menggunakan media ganja pertama kali dilakukan di Cina. Hal dapat kita temui pada catatan didalam kitab Pen T’sao Ching, yang berasal dari catatan kaisar Shen Nung pada tahun 2900 SM. Didalamnya termuat bahwa ganja dapat menghilangkan rasa sakit datang bulan, malaria, rematik, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan, dan penyakit lupa.[1]
Sebuah artikel berjudul “The Brain’s Own Marijuana” pada majalah Scientific American, Inc yang ditulis oleh Nicoll dan Alger pada tahun 2004, memuat pernyataan bahwa otak manusia memproduksi zat endocannabinoid yang berfungsi sama persis dengan THC, zat psikoaktif utama yang dikandung oleh ganja.[2] Zat yang dihasilkan pada otak (endocannabinoid) ternyata berperan dalam hampir semua proses fisiologis manusia. Fakta yang menarik bahwa cannabinoid yang yang terkandung didalam ganja memiliki fungsi yang sama dengan zat endocannabinoid yang dihasilkan oleh otak. (Ratsch,2001).
Ketika terjadi gangguan keseimbangan tingkat endocannabinoid pada manusia dapat mengakibatkan gangguan Kesehatan (Gifford et al. 1999), seperti EDS (Endocannabinoid Deficiency Syndrome) yang dapat disembuhkan dengan pemberian cannabinoid dari ganja (Russo,2001).
Berbagai macam senyawa pada ganja (di luar cannabinoid) diketahui dapat secara sinergis meningkatkan efek positif dari cannabinoid-nya pada manusia, sekaligus mengurangi efek sampingnya pada waktu yang bersamaan (McPartland dan Pruit, 1999; McPartland dan Russo, 2001).
Dengan kandungan yang terdapat didalam tanaman ganja, ada banyak penyakit yang dapat disembuhkan, antara lain :
Alzheimer |
Epilepsi |
Amyotrophic Lateral Sclerosis |
Migrain dan Sakit Kepala |
Fibromyalga |
Neuroproteksi |
Glaukoma |
Neurogenesis |
Gangguan Saluran Pencernaan |
Osteoporosis |
HIV/AIDS |
Kardiovaskular |
Kesulitasn Buang Air Besar |
Penyakit Sapi Gila |
Rheumatoid Arthiritis |
Pruritus |
Asma |
PTSD |
Depresi |
Sindrom Tourette |
Insomnia |
Tuberkulosis |
Leukimia dan Kanker |
Adiksi |
Diabetes |
Distonia |
Tabel penyakit yang dapat disembuhkan oleh tanaman ganja.
Sebagai satu-satunya spesies tanaman yang menghasilkan molekul Cannabinoid sampai saat ini, nilai penting ganja sebagai obat-obatan akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya manusia dalam hal rasio, sistem politik, ekonomi, regulasi hingga netralitas lembaga-lembaga ilmu pengetahuan.
By: Nurul Risky Amalia
Editor: Andi Ikhwan T. La Temmu Page
[1] Touw, Mia. 1981. The Religious and Medicinal Uses of Cannabis in China, India and Tibet. Jounal of Psychoactive Drugs Vol. 13(1) Jan-Mar.