Pendidikan Sebagai Pembentukan Karakter


Monday, 29 January 2024 , Admin

Pendidikan Sebagai Pembentukan Karakter

Pendidikan sebagai Pembentukan Karakter

        Tunggang langgang seorang guru dalam memerankan profesi sebagai agen perubahan, pembangun, pengetahuan, keterhubungan dan pembentuk fondasi karakter anak bangsa. Keterbatasan anak-anak sangat memerlukan jembatan untuk tumbuh kembangnya karakter tersebut. Salah satunya melalui sekolah, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar, main, pulang tetapi sekolah sebagai alternatif untuk tumbuh kembangnya karakter tersebut. Selain itu juga guru sebagai alat bantu siswa ataupun moderator agar mereka mampu berdialog dan aktif dilingkungan masyarakat. Akses yang universal yang menyebabkan adanya perubahan - perubahan akibat terjadinya globalisasi. Adanya elektronik sabagai penghubung dunia sehingga memungkinkan beberapa individu dapat menjelajahi ruang tanpa batas. Akses pengetahuan ataupun informasi dapat membantu dan membuka pikiran, pengetahuan secara cepat inilah yang menjadi tangan kanan seorang guru.

        Tantangan serius bagi seorang guru dalam dunia global adalah bagaimana guru dapat memahami dinamika para siswa yang terjadi di dunia luar kelas, ini dianggap menjadi tantangan yang serius yang seharusnya ini menjadi titik kemudahan para guru untuk lebih memanfaatkan era digital dengan berkomunikasi dengan baik, berbagi informasi, maka ini menjadi simpul perubahan untuk melakukan pendekatan dengan memanfaatkan era digital ini. Anak- anak sekarang cenderung ingin bebas ketimbang belajar didalam kelas selama berjam-jam mendengarkan guru yang bercerita pengalaman hidupnya yang membosankan membuat sebagian anak - anak ingin bolos. Dari sinilah seharusnya guru mengambil gambaran untuk meninggalkan cara-cara belajar yang kuno sehingga para siswa bisa lebih berekspresi dan bereksplorasi di dunia belajar mereka. Salah satunya dengan kita mengetahui psikologi anak dengan membukakan kegiatan ekstrakurikuler baik itu di bidang olahraga, seni, dan melatih anak-anak dibidang komputer atau IT untuk bekal mereka kedepannya.

        Perlu diingat dan digaris bawahi juga bahwa perubahan dalam diri kita sendiri bukan hanya karena adanya seorang guru saja akan tetapi ada banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang berubah. Seorang guru mungkin menjadi salah satu dari ribuan cara orang dapat berubah dan kita tidak bisa hanya perpatokan disitu
saja. Di dalam dunia sekolah kita tidak tinggal hanya dengan seorang guru saja tetapi ada teman yang yang menjadi bagian pengaruh dalam hidup kita. Lingkungan pertemanan juga hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar dalam setiap lingkup atau yang biasa kita kenal dengan sebutan circle, geng, dkk ini yang malah
menjadi masalah serius yang biasa kita anggap hanya sepele saja.

        Lingkup pertemanan menurut pengalaman dan pengamatan saya selama sekolah terbagi menjadi dua yaitu pertama, pertemanan yang sehat yang dimana setiap individu di dalamnya bisa dibilang ambis atau burenk yang membuat satu demi satu di antara mereka terpengaruh dalam hal baik contohnya salah satu di antara mereka ada yang rajin, sering mengikuti lomba, aktif dalam kelas secara tidak langsung yang lainya mengikuti karena mereka ada dilingkungan yang sama. Contoh yang kedua, pertemanan yang toxic pertemanan yang dapat mengganggu psikis seseorang dan membuat orang tidak nyaman lingkup pertemanan inilah yang dapat merusak satu sama lain diantara mereka dan ada pepatah yang berkata “satu apel busuk jika ditempatkan di antara apel-apel yang bagus lambat laun akan merusak semua apel yang ada” jika tidak dipisahkan segera maka semuanya akan rusak.

       Kebiasaan anak zaman sekarang selalu mengikuti hal-hal yang sedang tren tanpa memikirkan itu bagus atau tidak untuk dirinya sendiri contohnya melakukan kejahatan tindak kekerasan, penggunaan obat-obatan yang dilarang, mencoba narkoba, pornografi pornoaksi, penggunaan rokok, penggunaan narkoba, ini yang menjadi ancaman serius dinegeri kita sendiri. Pentingnya suatu pendidikan sebelum mereka terjun ataupun terjerumus ke dalamnya, ini yang menjadi krisis karakter atau moralitas dikarenakan kurangnya edukasi disinilah peran seorang guru dibutuhkan untuk membimbing dan mengajari jauh sebelum mereka mengenal hal- hal terlarang yang dapat merusak mereka. Guru cenderung selalu mengajarkan apa yang selalu mereka lakukan tanpa pengajaran atau bimbingan untuk masa depan para siswanya. Peranan seorang guru yang jauh tertinggal karena kecepatan laju teknologi sehingga lebih cepat diperoleh oleh para siswa dari pada guru itu sendiri disinilah permasalahannya siswa dapat mengakses ruang tersebut tanpa batas.

       Pendidikan bukan hanya untuk formalitas saja tetapi investasi jangka panjang terlebih jika kita seorang perempuan yang menjadi jendela pendidikan pertama untuk anak-anak kita kedepannya. Banyak yang mengatakan bahwa ngapain seorang perempuan sekolah tinggi-tinggi sampai S3 tapi ujung-ujungnya hanya menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami kata orang yang gak sekolah atau kuliah mengapa saya bilang begitu karena adanya di dalam diri mereka krisis moral dan juga sikap yang tidak menghargai secara tidak langsung menunjukkan karakter orang tersebut.

Karya :

Anisa Nadjwa Salsabila

Peserta LK2M XIX

 

REFERENSI

1 Hantisa Oksinata, "Kritik sosial dalam kumpulan puisi aku ingin jadi peluru karya wiji
thukul (kajian resepsi sastra)", (2010).