Paradigma Definisi Sosial


Thursday, 07 November 2019 , Admin

Paradigma Definisi Sosial

Oleh : R. Aul Faradhiba

Paradigma Sosial

Istilah paradigma awal mulanya diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dalam karyanya ‘The Structure of Scientific Revolution’. Konsep paradigma dipopulerkan dalam sosiologi oleh Robert Friedrichs (1970) melalui karyanya ‘Sociology of Sociology’. George Ritzer (1992) menulis secara spesifik paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Dalam bukunya ‘Sociology: A Multiple Paradigm Science’, Ritzer memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial.

Paradigma adalah pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi subyect matter (pokok persoalan) yang dipelajari suatu disiplin ilmu. Didalam sosiologi terdapat tiga paradigma yaitu paradigma fakta sosial, paradigma devinisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.

Paradigma Fakta Sosial

Paradigma fakta sosial berbicara mengenai sebuah batasan bagi perilaku manusia (individu) yang mau tidak mau harus di patuhi, untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat yang lebih teratur dan damai. Contohnya adalah ketika seseorang melewati lampu lalu lintas, dan seketika lampu tersebut menunjukkan warna merah, dalam hal ini tandanya berhenti, orang yang ingin melewati lampu lalu lintas tersebut, mau tidak mau harus berhenti. Begitu pula ketika lampu menunjukkan warna hijau yang berarti jalan, kita harus jalan. Begitulah salah satu fakta sosial. Terdapat dua teori di dalam paradigma ini. Struktural fungsional dan teori konflik

Paradigma Definisi sosial

Paradigma ini berbicara mengenai perilaku seorang individu aktif yang mampu menciptakan sebuah realitas sosial tersendiri. Contoh dari definisi sosial ini adalah ketika seseorang melakukan sesuatu aktivitas, maka aktivitasnya tersebut terdapat sebuah tujuan, dimana tujuan ini mampu menciptakan membentuk sebuah realitas sosial tersendiri. Terdapat tiga teori utama dalam paradigm definisi sosial, yaitu teori aksi sosial, teori interaksionisme simbolik dan teori fenomenologi, dan juga dramaturgi.

Paradigma Perilaku Sosial

Fokus utama paradigma ini pada hadiah atau penguatan (rewards) yang menimbulkan perilaku yang diinginkan dan hukuman (punishment) yang mencegah perilaku yang tak diinginkan. Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tsb akan melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi dirinya. Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya.