Thursday, 26 June 2025 , Admin
Pada kesempatan kali ini, Departemen Hubungan Antar Lembaga (HAL) telah melaksanakan Safari Lembaga dengan perwakilan Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (HMPT) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Kegiatan ini dilaksanakan melalui diskusi ringan yang mengangkat tema “Peran Proteksi Tanaman dalam Mewujudkan Swasembada Pangan Nasional”. Tema tersebut membahas konsep swasembada pangan dari sudut pandang perlindungan tanaman sebagai bagian penting dari sistem pertanian yang berkelanjutan.
Diskusi ini menyoroti terkait pentingnya peran proteksi tanaman sebagai upaya strategis dalam meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus sebagai salah satu upaya mewujudkan swasembada pangan nasional. Proteksi tanaman berperan dalam melindungi dan mengendalikan hama serta penyakit yang menyerang tanaman, sehingga produktivitas pertanian dapat meningkat dan ketahanan pangan terjaga.
Menurut pandangan mahasiswa Proteksi Tanaman, proses intensifikasi pertanian harus dimulai sejak tahap awal, yaitu dari pemilihan benih yang sehat dan bebas dari penyakit. Penyakit yang terbawa benih (seed-borne diseases) berpotensi menyebar ke seluruh tanaman dan menyebabkan gangguan pada tahap pertumbuhan berikutnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang kesehatan benih dan pengujian awal sangat penting. Untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut, digunakan berbagai metode pengendalian. Salah satu metode yang diangkat dalam diskusi ini adalah pengendalian hayati menggunakan agen hayati seperti Trichoderma. yaitu jamur baik yang dapat menyerang dan menghambat pertumbuhan patogen jahat dalam tanaman. Penggunaan pengendali hayati ini juga sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan karena tidak menimbulkan residu kimia dan menjaga keseimbangan ekosistem mikro di dalam tanah.
Lebih lanjut, limbah pascapanen turut menjadi sorotan karena dapat menjadi sumber infeksi baru jika tidak segera diolah. Solusi yang ditawarkan adalah mengolah limbah tersebut menjadi produk yang bernilai guna, seperti pupuk organik. Meskipun pupuk organik cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk menunjukkan hasil, namun penggunaannya membantu menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan pupuk kimia yang memberikan hasil cepat, tetapi berisiko menimbulkan degradasi tanah dan memusnahkan mikroorganisme bermanfaat.
Diskusi ini juga menyinggung adanya serangan hama baru pada tanaman jagung yang menyerang bagian pucuk tanaman. Hama ini dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil panen. Sebagai bentuk respon, mahasiswa proteksi tanaman memperkenalkan pestisida hayati berbasis cendawan yang bekerja dengan menyerang bagian luar tubuh hama hingga menyebabkan kematian. Teknik ini dinilai efektif dan ramah lingkungan. Selain masa tanam, fase pascapanen juga rawan terhadap gangguan hama. Contohnya adalah kutu beras yang menyerang hasil panen selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlindungan tanaman harus mencakup seluruh siklus produksi, mulai dari pra-tanam, masa tanam, hingga pascapanen.
Diskusi ini juga menekankan peran strategis mahasiswa pertanian sebagai agen perubahan. Melalui kegiatan edukasi, penelitian, dan praktik langsung, mahasiswa diharapkan mampu memberikan solusi inovatif yang relevan dengan tantangan pertanian saat ini. Di tengah isu krisis iklim, degradasi lahan, dan ancaman ketahanan pangan, pemahaman tentang proteksi tanaman dan penerapannya menjadi bekal penting bagi generasi muda pertanian. Dengan demikian, kegiatan Safari Lembaga ini bukan hanya menjadi ajang pertukaran pengetahuan, tetapi juga sebagai wujud kolaborasi antar-lembaga mahasiswa dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui pendekatan yang ilmiah, ekologis, dan berkelanjutan.