Tuesday, 13 February 2024 , Admin
Pentingnya Retorika untuk Menghegemoni Masyarakat Tani dalam Masalah Krisis Pangan
Retorika adalah sebuah bidang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara berbicara yang memiliki daya tarik, daya kreasi yang khusus sehingga setiap orang yang mendengarnya dapat mengerti dan mampu mengubah pola pikirnya. Istilah retorika secara etimologi berasal dari Bahasa Latin "Yunani Kuno" Rhetorica yang berarti "seni berbicara". Secara terminology, retorika dikenal dengan sebuah istilah yaitu "The art of speaking" dengan arti "seni di dalam berbicara atau bercakap. Retorika memiliki cakupan yang luas, mencakup penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Secara sempit, retorika hanya meliputi seni berbicara, sedangkan secara luas, retorika mengenai penggunaan bahasa. Rasional berarti apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasikan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan ilmu yang mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum.
Retorika, seni berbicara yang persuasif, memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan pemerintah. Pertama-tama, retorika menjadi alat utama untuk menyampaikan visi dan rencana kebijakan kepada masyarakat. Dalam setiap pidato atau pengumuman, pemimpin pemerintahan menggunakan retorika untuk membangun argumen yang meyakinkan dan meramu pesan-pesan yang dapat memotivasi publik mendukung kebijakan tertentu. Pentingnya retorika juga tercermin dalam proses pengambilan keputusan internal pemerintah. Para pejabat menggunakan keterampilan retorika untuk merundingkan, membujuk, dan meyakinkan rekan-rekan mereka tentang arah kebijakan yang diambil. Kemampuan untuk merancang argumen yang kuat dan meyakinkan menjadi kunci dalam membentuk konsensus di dalam lingkaran pengambilan keputusan.
Tidak hanya itu, retorika turut berperan dalam merespons dan mengelola krisis. Dalam situasi darurat atau perubahan mendesak, kemampuan seorang pemimpin untuk berbicara secara persuasif melalui retorika dapat membentuk persepsi masyarakat, menenangkan kekhawatiran, dan merangsang tindakan kolaboratif. Dengan demikian, retorika tidak hanya menjadi seni berbicara yang memukau, tetapi juga instrumen strategis yang mendukung efektivitas pengambilan keputusan pemerintah.
Dalam konteks krisis pangan di Indonesia, retorika memiliki peran yang krusial. Ketika pemerintah dihadapkan pada tantangan serius seperti krisis pangan, kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan meyakinkan melalui retorika menjadi lebih penting. Pemimpin pemerintahan harus mampu menjelaskan langkah-langkah konkret yang diambil untuk mengatasi krisis, merancang narasi yang memberikan pemahaman menyeluruh kepada masyarakat tentang urgensi masalah tersebut, dan mengajak kerjasama dalam pelaksanaan solusi.
Retorika tidak hanya menjadi sarana untuk menyampaikan informasi, tetapi juga alat untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap kebijakan pangan. Dalam situasi krisis pangan, penting bagi pemerintah untuk menggunakan retorika secara bijaksana untuk menghindari kepanikan dan menciptakan rasa kepercayaan. Keterampilan retorika yang baik membantu menciptakan citra kepemimpinan yang efektif, memberikan keyakinan bahwa pemerintah mampu mengatasi krisis, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam solusi bersama.Dengan kata lain, retorika bukan hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga kekuatan yang memotivasi tindakan positif dan kolaborasi dalam mengatasi krisis pangan. Oleh karena itu, keterkaitan antara retorika dan pengambilan keputusan pemerintah di tengah krisis pangan di Indonesia menjadi semakin terasa, menciptakan landasan komunikasi yang kokoh untuk mengatasi tantangan yang kompleks ini.
Retorika juga sangat berdampak besar terhadap komunikasi pemerintah dengan masyarakat tani yang ada di Indonesia. Ada banyak hal yang menjadi tantangan dan permasalahan dalam sektor pertanian yang tentu saja akan melibatkan banyak kebijakan kebijakan dari pemerintah bagi para petani petani Indonesia. Kadang kala tantangan dan kebijakan tersebut menjadi kekhawatiran dan kontraversi terhadap masyarakat tani. Nah, retorika inilah yang akan menjadi dan membentuk kemampuan serta keterampilan pemerintah dan masyarakat tani dalam menghadapi tantangan dan masalah sektor pertanin.
Di Indonesia, kelangkaan pupuk telah menjadi permasalahan yang mendalam dan menimbulkan dampak serius terhadap sektor pertanian. Cerita ini mencakup ketidaktersediaan pupuk yang meluas dan protes yang dilakukan oleh para petani sebagai bentuk respons terhadap krisis ini. Pada suatu pagi di desa kecil di Indonesia, petani-petani yang biasanya bersemangat dan penuh harapan untuk panen yang subur, mendapati diri mereka dihadapkan pada kendala yang tak terduga: kelangkaan pupuk. Desir angin pagi membawa kabar bahwa pasokan pupuk, unsur esensial untuk pertumbuhan tanaman, menipis di pasaran.
Aliran informasi tentang kelangkaan ini cepat menyebar di antara para petani, menciptakan gelombang kekhawatiran dan kekhawatiran. Sebuah pertemuan darurat diadakan di warung kopi desa, tempat para petani berkumpul untuk berdiskusi tentang langkah apa yang harus diambil menghadapi krisis ini. Seorang petani tua, Pak Slamet, mengungkapkan kekhawatirannya, "Tanaman kita membutuhkan pupuk untuk tumbuh kuat dan memberikan hasil yang baik. Jika pupuk sulit didapatkan, panen kita akan terancam." Para petani pun memutuskan untuk mengorganisir protes sebagai tanda keberatan terhadap kelangkaan pupuk ini. Mereka berkumpul di lapangan terbuka, membawa spanduk dan poster yang mengecam ketidakmampuan pemerintah dan perusahaan pupuk untuk menyediakan pupuk dengan cukup. Suara keras protes mereka menggema di desa, mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam.
Beberapa alasan yang mendorong petani untuk melakukan protes termasuk:
1. Dampak Langsung pada Hasil Panen
Kelangkaan pupuk memiliki dampak langsung pada hasil panen. Tanaman yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup cenderung mengalami pertumbuhan yang buruk dan hasil yang kurang memuaskan. Para petani, yang bergantung pada hasil panen sebagai sumber penghidupan utama, merasa frustrasi dengan potensi kerugian ekonomi yang signifikan.
2. Kenaikan Harga Pupuk
Selain kelangkaan, terjadi pula kenaikan harga pupuk. Harga yang melambung membuat para petani merasa tertekan secara finansial, karena mereka harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk mendapatkan pupuk yang sebelumnya lebih terjangkau.
3. Ketergantungan pada Pupuk Kimia
Banyak petani bergantung pada pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman mereka. Kelangkaan pupuk mengekspos ketergantungan ini, dan petani merasa terjebak dalam sistem di mana mereka bergantung pada input luar yang tidak selalu tersedia.
4. Keluhan terhadap Penyelenggaraan dan Distribusi Pupuk
Petani mengutarakan keluhan mereka terhadap penyelenggaraan dan distribusi pupuk yang tidak efisien. Mereka menyampaikan bahwa pupuk sering kali tidak mencapai tangan mereka tepat waktu, atau bahkan tersedia di pasar lokal.
Protes para petani menjadi sorotan media dan menarik perhatian pemerintah. Dialog antara petani, perusahaan pupuk, dan pemerintah menjadi esensial untuk menemukan solusi jangka panjang yang dapat mengatasi masalah kelangkaan pupuk dan memastikan keberlanjutan pertanian di Indonesia.
Ternyata fakta yang ada menyatakan petani telah menerima subsidi tersebut terutamanya dibagian kabupaten Bone. Penyaluran pupuk mulai menjadi efektif dan petani dapat meningkatkan produktivitas pertanian di daerah mereka. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi telah sesuai dengan peraturan pemerintah yang menyangkut subsidi pupuk. Pengawan terhadap subsidi ini memiliki pengawasan yang cukup ketat sehingga tidak akan terjadi penyalahgunaan sehingga akan memperkecil terjadinya kesalahan.
Nah, dari hal tersebutlah petani merasa yakin dengan kegiatan yang dilakukan dengan dukungan kebijakan pemerintah sehingga kekhawatira mereka terhadap krisis pangan mulai berkurang dan mulai yakin pada suatu proses. meskipun saat ini masih terus saja muncul ancama krisi pangan tersebut tapi mereka sudah berusaha melakukan hal yang dapat mencegah hal tersebut terjadi dengan dukungan dari pemerintah meskipun kita tahu tidak semua daerah mendapatkan kebijakan tersebut.
Dengan demikian, keterkaitan antara retorika dan pengambilan keputusan pemerintah, terutama dalam konteks krisis pangan di Indonesia, menyoroti peran krusial retorika dalam membentuk arah kebijakan dan merespons situasi mendesak. Seni berbicara persuasif tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga kekuatan yang membentuk persepsi, membangun kepercayaan, dan memotivasi tindakan kolaboratif. Dalam mengatasi krisis, keterampilan retorika yang cermat dan efektif menjadi fondasi untuk mengkomunikasikan kebijakan yang dibutuhkan, merangsang partisipasi masyarakat, dan membentuk pemahaman yang holistik. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan retorika di lingkungan pemerintahan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengelola tantangan seperti krisis pangan, memastikan pemahaman yang lebih baik, serta menciptakan sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk meraih solusi yang berkelanjutan.
Karya:
Muhammad Akbar
Peserta LK2M XIX
REFERENSI
Dewi Andarias,2021. Makalah Teo.PB kelompok 1 "Bentuk dan Penggunaan Retorika di Dalam Teologi Kitab-Kitab Injil"
Dewi Andariaz. 2021. Dampak dan penggunaan Retorika di Dalam Teologi Kitab. OSF Preprints
Ramlayana, Isa Ansyari dan Sudarmi. 2020. Efektivitas Penyaluran Pupuk Bersubsidi Bagi Petani di Desa Langi Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Jurnal Unismuh, 1 3 : 950-962.
Remaja Rosdakarya. 2011. Buku Ilmu komunikasi teori dan praktek, library stik-ptik.ac.id