HUBUNGAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DENGAN PENYAKIT STUNTING


Friday, 12 August 2022 , Admin

HUBUNGAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DENGAN PENYAKIT STUNTING

Stunting merupakan suatu kondisi gizi anak yanh ditandai dengan tinggi badan dibawah rata-rata dan berat badan yang kurang sehingga tubuhnya tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik sesuai usianya dan kondisi berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Penyakit stunting dapat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sejak dalam kandungan ibu yang meliputi infeksi dalam kehamilan, kekurangan gizi (malnutrisi) pada ibu hamil, gizi yang tidak optimal dari umur anak seribu hari pertama kehidupan atau biasa disingkay dengan 1000 HPK hingga umur 3 tahun. 

Pentingnya edukasi untuk perempuan yang belum menikah maupun yang sudah menikah dan ibu-ibu yang sedang mengandung maupun yang telah memiliki balita wajib untuk mengetahui faktor serta cara untuk mencegah terjadinya penyakit stunting. Penyakit stunting tidak timbul dari gen atau keturuna melainkan berawal dari kekurang gizi pada ibu hamil, infeksi atau penyakit menular, faktor lingkungan yang kurang sehat, dan pola pengasuhan yang tidak memadai. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang beberapa masyarakatnya terdeteksi beresiko penyakit stunting. Dimana, penyakit stunting merupakan penyakit serius dan sangat mendapat perhatian besar di dunia karena Badan Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa pada tahun 2020 perkiraan terdapat 149 juta balita yang terkena stunting diseluruh dunia sedangkan 45 juta anak lainnya diperkirakan beresiko terkena stunting karena berat badan balita tersebut sangat rendah. 

Hubungan antara pertanian dan stunting yaitu terletak pada pemenuhan gizi, dimana faktor penyebab terjadinya stunting yaitu pemenuhan gizi pada saat kehamilan, dimana ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung berbagai vitamin untuk memenuhi gizi anak yang ada di dalam kandungan seperti halnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu, faktor lingkungan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting sehingga disarankan untuk memerhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggalnya dan membuat lahan pekarangan sehingga dengan adanya lahan pekarangan dihalaman rumah dapat mencegah stunting. 

Peran pertanian dalam mencegah stunting yaitu hasil dari produk-produk pertanian dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mencegah stunting seperti membuat puding dari daun kelor untuk dijadikan sebagai makanan pendamping ASI (MPASI)  untuk dikonsumsi oleh anak berumur diatas 8 bulan, selain daun kelor, jagung juga dapat dijadikan sebagai makanan pendamping ASI yang dicampur dengan tahu dan telur, dimana MPASI ini dapat dikonsumsi oleh anak berumur diatas 6 bulan. Kacang hijau yang dicampurkan dengan labu dapat dijadikan sebagai puding untuk dikonsumsi anak diatas 8 bulan. Adapun makanan penambah gizi yang berasal dari pertanian baik dikonsumsi untuk ibu hamil dan anak diatas 1 tahun yaitu buah alpukat yang dicampur dengan buah pisang, madu, dan susu. Dapat dilihat bahwa hasil-hasil memiliki manfaat untuk mencegah penyakit stunting pada anak balita. 

Saya dapat menarik kasu dari lokasi KKN saya, yang dimana lokasi KKN saya terdapat beberapa balita yang beresiko terkena stunting, dan pada saat itu orang tua balita tersebut tidak menerima bahwa anak mereka beresiko terkena stunting  sehingga mereka meminta saya untuk mengecek ulang terkait data tersebut untuk memastikan bahwa data tersebut apakah sudah valid atau belum. Dari kasus tersebut dapat saya simpulkan bahwa masih ada masyarakat dilokasi KKN saya yang belum paham terkait penyakit stunting karena dari reaksi masyarakat yang diberikan kepada saya mereka mengira bahwa penyakit stuntind tidak dapat disembuhkan atau diatasi. Namun kenyataannya yaitu penyakit stunting dapat disembuhkan dan diatasi dengan pemberian gizi yang baik setiap harinya pada anak. Karena penyakit stunting adalah kondisi gizi buruk yang dialami oleh anak balita.

By: Mutmainnah19

Editor: Rezky Anugrah