Friday, 15 March 2019 , Admin
REVOLUSI HIJAU
Pemateri: Muh. Erwin Saputra
Revolusi hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan
perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai
pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia.
Revolusi hijau diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkn
gandum di Meksiko (1950) dan padi di Filipina (1960). Revolusi hijau menekankan
pada SEREALIA (tanaman biji-bijian): padi, jagung, gandum, dan lain-lain.
Berdasarkan empat pilar penting, yaitu:
1. Penyediaan air melalui sistem irigasi
2. Pemakaian pupuk kimi secara optimal
3. Penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu
4. Penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Gerakan revolusi hijau yang dijalankan Indonesia sejak rezim Orde Baru
berkuasa. Gerakan revolusi hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak
mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada
pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara 1984-
1989. Disamping itu, revolusi hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan
ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata revolusi hijau hanyalah menguntungkan
petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan,
serta penyelenggara negara tingkat pedesaan.
Revolusi hijau memiliki dampak positif seperti meningkatnya produksi padi dan
gandum sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat. Sebagai contoh
Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada dan dapat mengekspor beras ke
India. Selain itu menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek
sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah, tenaga kerja yang
dibutuhkan lebih banyak, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesadaran
petani akan pentingnya teknologi, dan merangsang dinamika ekonomi masyarakat
karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat
pula.
Disamping itu, terdapat pula permasalahan dan dampak negatif seperti
penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia tidak diimbangi
pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan yang diubah menjadi
sawah. Selain itu juga terjadi kasus seperti penurunan keanekaragaman hayati,
penggunaan pupuk terus menerus yang menyebabkan ketergantungan tanaman pada
pupuk, dan penggunaan pestisida yang menyebabkan munculnya hama strain baru yang
resisten.