Kajian Keilmuan (KAIL) - Ruang Eksplorasi Hakikat Ontologi , Epistemologi, dan Aksiologi dalam Perspektif Filsafat


Saturday, 13 April 2024 , Admin

Kajian Keilmuan (KAIL) - Ruang Eksplorasi Hakikat Ontologi , Epistemologi, dan Aksiologi dalam Perspektif Filsafat

     Ruang Eksplorasi Hakikat Ontologi , Epistemologi, dan Aksiologi dalam Perspektif Filsafat

    Objek filsafat mencakup sudut pandang dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Ruang lingkup dalam objek kajian filsafat terdiri atas tiga, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

  1. Ontologi

     Ontologi membahas tentang keberadaan, ilmu tentang realitas, ilmu tentang ada. Secara etimologi ontologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno “Onto” yang berarti ada dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara terminologi, ontologi adalah cabang ilmu yg membahas tentang keberadaan sesuatu. Dalam ontologi di bahas mengenai hakekat dari sesuatu, apa yang termuat dalam sesuatu itu. Dalam ontologi terdapat dua bahasan utama, yaitu eksistensi dan esensi. Eksistensi merujuk pada keberadaan atau kenyataan dari suatu entitas. Untuk mengetahui suatu hakikat di bedah mengenai eksistensi. Eksistensi terbagi atas tiga, yaitu:

  • Sesuatu yang pasti ada adalah entitas yang memiliki keberadaan yang nyata dan tidak dapat diragukan lagi. Konsep ini menunjukkan bahwa entitas tersebut hadir dalam indikator yang menempati ruang dan waktu, ada dalam alam ide, dan ada dalam realita, yang berarti pertemuan atau kesesuaian. Dengan demikian, sesuatu yang pasti ada memiliki keberadaan yang jelas.
  • Sesuatu yang mungkin ada, di indikatori masih dalam konsep ide. Sesuatu yang mungkin ada ialah hal yangh tergambarkan dalam ide, kepala, dan pikiran, tetapi secara realitas belum ada. Sesuatu yang mungkin ada adalah entitas yang mempunyai potensi untuk ada atau tidak ada.
  • Sesuatu yang mustahil ada adalah entitas yang tidak mungkin ada dalam kondisi apapun. Konsep ini membantu kita memahami bahwa terdapat sesuatu yang mustahil untuk diadakan. Dalam konteks ini, pemahaman dan penerimaan terhadap sesuatu yang ada dari sisi mana keadaan itu ada menjadi penting untuk memahami konsep ini. Mustahil ada hadir sebagai suatu konsep untuk memahami bahwa terdapat sesuatu yang tidak mungkin untuk diadakan.

Esensi sendiri merujuk pada hakikat atau kodrat yang melekat dalam suatu entitas. Esensi membahas mengenai dua hal, yaitu:

  • Aksiden merupakan sesuatu yang melekat secara fisik dan bisa di indrai secara langsung. Aksiden merujuk pada sifat atau karakteristik yang melekat. Aksiden tidak memiliki keberadaan yang mandiri dan dapat berubah tanpa mengubah esensi substansi itu sendiri.
  • Substansi merupakan sesuatu yang melekat dan bisa dimaknai, tetapi tidak bisa diindrai secara langsung. Substansi merujuk pada entitas yang memiliki keberadaan yang mandiri dan tidak bergantung pada entitas lain untuk eksisnya. Substansi sering dianggap sebagai inti atau esensi dari suatu entitas, yang memberikan identitas dan keberadaan yang mandiri. Sederhananya, substansi membahas kegunaan dan manfaat dari sesuatu.
  1. Epistomologi

     Setelah membahas mengenai keberadaan sesuatu perlu dibahas mengenai epistemologi. Epistemologi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani “Episteme” yang berarti pengetahuan dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara terminologi, epistemologi mengacu pada kajian tentang sifat, asal-usul, dan batasan ilmu pengetahuan serta bagaimana ilmu itu diperoleh, apa yang dapat diketahui, dan sejauh mana ilmu itu dapat diandalkan. Epistemologi mempertimbangkan peran keyakinan, bukti, dan pembenaran dalam proses memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari ilmu pengetahuan dan asal-usulnya. Dalam epistemologi dibahas mengenai alat dan sumber karena dibahas mengenai asal usul dari sesuatu. Dalam epistemologi alat terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Indera: Hal ini merujuk pada panca indera manusia. Kelima indera tersebut adalah indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera peraba (kulit). Kelima indra tersebut berperan untuk memperoleh pengetahuan pada bagiannya masing-masing.
  • Akal: Dalam epistomologi, akal berperan sebagai alat berpikir dan pengetahuan bagi manusia, serta memiliki peran sentral dalam proses memperoleh pengetahuan.

Untuk sumber pengetahuan dalam epistemologi terbagi menjadi beberapa bagian, tetapi pada pembahasan ini dibahas tiga sumber pengetahuan, yaitu:

  • Alam semesta: Alam semesta dianggap sebagai sumber pengetahuan karena menawarkan wawasan yang mendalam tentang berbagai aspek kehidupan dan fenomena alam.
  • Sejarah: Sejarah dianggap sebagai sumber pengetahuan karena memberikan wawasan yang mendalam tentang peristiwa masa lalu, perkembangan budaya, dan perubahan sosial. Sejarah memiliki peran penting sebagai sumber pengetahuan ilmiah yang memungkinkan pemahaman tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, sejarah dianggap sebagai sumber pengetahuan yang penting dalam memahami peristiwa masa lalu dan memperkaya wawasan tentang budaya dan perubahan sosial.
  • Kitab: Kitab dianggap sebagai sumber pengetahuan karena berisi ajaran agama, nilai-nilai moral, dan panduan untuk kehidupan spiritual.
  1. Aksiologi

     Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Secara etomologi aksiologi berasal dari bahasa Yunani “Axion” yang berarti nilai dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara terminologi, aksiologi mengacu bagaimana kita mempelajari terkait nilai/moral. Dalam aksiologi dibahas mengenai etika, estetika, dan logika. Etika membahas mengenai baik dan buruk dari sesuatu, estetika membahas mengenai keindahan dan kejelekan, serta logika membahas mengenai benar dan salah terhadap suatu hal.

     Dengan memahami objek kajian filsafat akan membantu dalam memahami kehidupan dan eksistensi manusia. Melalui objek kajian filsafat ini kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai tujuan hidup, nilai-nilai moral dan hakekat manusia.

 

Departemen Pengkajian