Perang Ukraina dan Rusia Ancam Ketahanan Pangan Secara Global


Sunday, 20 March 2022 , Admin

Sejak 21 November 2021, dunia dihebohkan dengan isu serangan Rusia ke Ukraina. Terlebih sejak invasi besar-besaran Rusia lewat darat, udara, dan laut pada 24 Februari 2022 yang berhasil menimbulakan banyak korban jiwa. Serangan ini merupakan serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Hingga saat ini, belum terlihat tanda-tanda akan usainya perang kedua negara tersebut dalam waktu dekat. Akibat dari perang Rusia dan Ukraina tentu memberikan dampak besar baik untuk kedua Negara itu sendiri maupun negara lain secara global. Salah satunya ialah terkait ketanahan pangan global yang terancam karena peristiwa ini. Dikutip dari detik.com oleh Trisna Wulandari (2022), Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Eisha M Rahcbini menyatakan perang ini dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas dari kedua negara tersebut. Diketahui bahwa Rusia merupakan salah satu produsen dunia minyak bumi, kalium karbonat (potash) bahan baku pupuk, dan industri pertambangan seperti nikel, alumunium dan palladium. Kedua Negara tersebut juga merupakan eksportir gandum utama. Selain itu, dilansir dari tempo.co, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, memperingatkan, dunia harus bertindak untuk mencegah kehancuran sistem pangan global. Dilaporkan bahwa indeks harga pangan global PBB berada di level tertinggi yang pernah ada. Hal ini disebabkan karena Ukraina merupakan penyedia lebih dari setengah pasokan gandum Program Pangan Dunia. Guterres mengatakan, 45 negara kurang berkembang di dunia mengimpor setidaknya sepertiga gandum dari Ukraina atau Rusia. Negara-negara yang dimaksud, termasuk Burkina Faso, Mesir, Republik Demokratik Kongo, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman. Indonesia sendiri juga tidak terhindar. Hal ini dikarenakan, Indonesia bergantung impor gandum dari Ukraina. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) 2020, Jakarta mendatangkan 2,9 juta ton gandum dari Ukraina, atau 28 persen dari kebutuhan nasional.

Diketahui bahwa gandum merupakan bahan baku produk makanan seperti mie instan, dan Indonesia merupakan Negara terbesar kedua yang mengonsumsi mie instan. Bahkan dikatakan bahwa salah satu alasan kelangkaan minyak Indonesia saat ini akibat dari perang tersebut. Dilansir dari okezone.com, hal ini ditegaskan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, yang mengatakan bahwa invasi Rusia terhadap Ukraina ini menyebabkan harga minyak goring menjadi tinggi karena kurangnya pasokan minta sunflower dari kedua Negara itu. Akibanya, minyak crude palm oil menjadi penggantinya. Lonjakan pemesanan CPO dari Negaranegara dunia lainnya ini menyebabkan harga minyak tersebut naik dari Rp 14.600 pada awal Februari menjadi Rp 18.000. Untuk ini Negara-negara di dunia harus bersiap-siap akan risiko dari perang kedua negera itu terhadap ketahanan pangan, tak terkecuali Indonesia. Baik dalam menghadirkan kebijakankebijakan baru yang bersifat preventif maupun langkah taktis dalam menjamin ketahanan pangan negeri di tengah ketegangan duni saat ini. Tentu saja diharapkan kedua negara, Rusia dan Ukraina, dapat menyelesaikan perselisihan dengan jalan dan solusi terbaik.

Penulis : Annur Nadia Felicia Denanda dan Nurul Auliyah
Editor   : Muh Fahrul Rahman Musakkar